Sabtu, 01 Juli 2017

Ranu Pani, Sebuah Danau di Awal Pendakian Gunung Semeru

Ngeblog sekarang itu moodnya bener bener up and down. Nah, mumpung sekarang mood ngeblognya lagi up upnya. dan lagi liburan idul fitri dan nganggur, yaudah sekalian melepas rindu sama blog yang udah setahun ngga ada apdetan baru satupun. Well, aku rasa sekarang udah banyak aplikasi aplikasi baru yang lebih praktis (read: instagram contohnya) yang tinggal pilih foto, edit dikit, klik share dan beres sudah. Sedangkan, kalau aku pingin ngeblog, aku harus buka laptop, karena aku udah pernah nyoba ngeblog lewat hp dan entah kenapa "feel" ngeblog-nya ngga dapet gitu dan alasan utama adalah jari jempolku capek ngetik wkwkwk

Hmmmm okee sebenernya setahun belakangan ini hidupku udah kayak roller coaster. Dimulai dari awal tahuan lalu memulai perjuangan proposal skripsi, lanjut skripsi, sidang, dan akhirnya wisuda di awal tahun ini (alhamdulillaahh, aku sudah sarjanaaa). Tapi, ya gitu, fase hidupku sebagai anak kuliahan belumlah berakhir karena masih ada masa koas aka pendidikan profesi aka dokter gigi muda. Yaa teman teman, mohon doanya semoga fase hidupku sebagai anak koas tidak berlangsung lama, cepat diambil sumpah, dan pake jas snelli, amin yaAllaaahhhhh.

***
Sesuai judulnya, aku mau cerita tentang pengalamanku sekitar 1,5 tahun yang lalu. Waktu itu liburan idul fitri lumayan panjang, jadi bisa berlibur didesa lumayan lama. Desaku ada di kabupaten Lumajang, sebuah desa tempat bernaungnya gunung tertinggi di Pulau Jawa, apalagi kalau bukan Gunung Semeru.

Si mas sepupu udah pernah nyampe puncaknya. Mengingat aku dan adek ngga memungkinkan untuk mendaki, karena kita sadar ngga bakal kuat naik gunung, jadi si mas cuman ngajak ke ranu pani, sebuah danau di awal pendakian gunung semeru.

Ranu pani sendiri merupakan objek wisata yang masuk dalam kawasan taman nasional bromo tengger semeru. Sebuah danau yang menjadi titik akhir kendaraan bisa diparkir, dan tempat melapor jika ingin melakukan pendakian gunung semeru. Jalan menuju ranu pani ini sudah cukup baik kata mas sepupu dibanding dulu waktu mas mendaki. Sebagian jalan sudah diaspal walau masih ada beberapa bagian yang masih jalan bebatuan. Oh iya, aku berangkat dari daerah Tempeh, Lumajang dan sampai di Ranu pani kurang lebih 1 jam.

Jalan menuju ranu pani. Kiri jurang, kanan tebing.
Banyak kendaraan ginian bawa rumput
Jalan berkelok-kelok nan tajam, kadang ban mobil belakang nggeser nggeser kena kerikil, beehhh seru seru ngeri juga kalau inget wkwkwk tapi akhirnya kita sampai di ranu pani. Satu hal yang pertama kali keluar dari bibir waktu turun dari mobil, oh meeennnn duiiingiiinnn bangeeeetttttt!!!!!!

Kabut diantara penjual makanan
Katanya, suhu diranu pani ini berkisar -4 sampai 25 derajat celcius, jadi pantes aja dingin banget. Nyampe sini, kita sholat dan makan. Waktu nyopot sendal buat wudhu, subhanallah lantainya kayak nginjek freezer kulkas, dan air wudhunya ngga ada bedanya dinginnya kayak es batu.

Selesei sholat, kita makan dulu karena hawa dingin bikin laper. Semangkuk indomie rasanya nikmat banget bahkan kurang, dan aku nambah semangkuk bakso. Laper, dingin, dan makanan hangat berkuah, hmmm nikmat mana yang aku bisa dustakaaannnn. Karena perut sudah full, saatnya mendekat ke ranu pani.

Wajah tidak terkontrol karena dingin
Rerumputan aneka warna. Surely, lihat langsung lebih keren banget






Konon katanya, berdasarkan artikel yang aku baca, zaman dahulu di ranu pani ini bersalju tipis. Tapi sayangnya sekarang sudah engga. Terus luas danau ini sekitar 1 hektar tapi sayangnya saat ini berkurang menjadi sekitar 0.75 hektar karena proses sedimentasi yang cepat. Yaaa semoga ranu pani ini tetap lestari sampai nanti. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar