Kamis, 10 Mei 2018

#ExploreTulungagung Pantai Ngalur, Pantai Sanggar, dan Bumi Perkemahan Sendang

Sebagai mahasiswa koas gigi yang liburnya itu seperti orang kerja, adanya long weekend itu bener-bener bikin bahagia, entah buat leyeh-leyeh tiduran istirahat, atau buat curi-curi waktu refreshing sejenak keluar kota.

Long weekend beberapa waktu yang lalu, aku diajak ngikut pulang kampung sama temenku yang asli Tulungagung, namanya Riana. Kita naik bis biasa, harganya sekitar 25ribu aja dari terminal Bungurasih Surabaya, waktu yang kita tempuh lumayan lama yaa sekitar 5 jam karena memang long weekend jadi yaa wajarlah agak macet.

Sesampainya disana, kita naik grabcar sekitar 50ribu dibagi dua orang. Aku menginap didaerah karangrejo dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari terminal Tulungagung, yaaa lumayan jauh juga rumah temenku but its ok gengs.

***
Pemandangan sepanjang jalan.
Perpaduan apik antara hijaunya sawah,
pegunungan, dan awan yang cerah
Sebenernya pasrah deh mau diajak jalan-jalan kemanapun, aku iya iya aja. Akhirnya, Riana ngajak ke pantai yang kata dia dijamin bagus karena masih jarang terjamah orang tapi aku harus nyiapin diri karena medan yang bakal kita lalui ngga mudah.


Perjalanan dimulai dengan naik motor boncengan berdua, waktu yang kita tempuh dari tempat aku meningap sekitar 90 menit dengan jalan yang super nyaman. Kata Riana ini masih permulaan, nanti kalau udah deket pantainya, baru deh perjalanan sesungguhnya bakal menantang!!!

Sampailah kita di desa Jenglungharjo, desa terakhir tempat kita parkir motor. Fyi, disini warganya super duper baik ramah dan jujur. Riana dengan santainya memasrahkan kunci motor kita buat dibawa warga, "nitip motor ya pak", katanya. Karena waktu sampai desa terakhir itu gerimis, warga sana malah yang menawarkan duluan buat nitipin helm yang kita pakai buat disimpan didalam rumah mereka supaya ngga basah. Sebagai orang Surabaya yang terbiasa mawas dengan orang baru, aku berkali-kali berbisik ke Riana, "Ri, beneran gapapa kamu nitipin kunci motor sama helm ke mereka?" dan Riana menjawab, "udah wes, percaya sama aku". Pemandangan orang-orang baik seperti ini bikin hati kecil ini berbisik, "ternyata masih banyak orang yang jujur dan tulus". MasyaAllah...

Oh iya, sebagai orang Surabaya yang cukup lancar dengan bahasa Jawa halus, ternyata mereka tetap bisa mendeteksi kalau aku bukan orang asli sana, walaupun aku udah ngomong pake bahasa jawa halus hahaha. Pasti ditanyain deh, "aslinya mana, mbak?" yaa emang logat Suroboyoku ngga isok mbujuk.

Setelah parkir motor, kita sewa ojek karena medan yang bakal kita lalui sangat sulit dan kalau bukan orang asli sana agak rawan kepleset dan wassalam deh terjun ke jurang. Aku dibonceng naik motor bebek dan Riana dibonceng naik motor beat. Aku pikir diawal ojeknya itu ojek naik motor trail kayak waktu aku ke B29 Lumajang, eh tapi ternyata waktu dibonceng, gila deh skill nyetir pak ojeknya luar biasaaaaa. Jalan yang kita lalui itu cuma jalan setapak kurang dari 1 meter dan sangat menanjak tajam ditambah becek habis gerimis.

Setelah jalan berkelok-kelok dan mbrasak-mbrasak menembus kebun pisang, kebun singkong, ilalang tinggi dan sebagainya, akhirnya muncullah jalan lumayan besar tapi tetep aja berbatu dan berkelok-kelok hihihi.


Horeee... pantainya mulai keliatan

Sekitar 30 menit naik ojek rasa roller coster, sumpah deh ngga pernah naik ojek se-ekstrim kemarin. Sampailah ojek ke jalan terakhir yang bisa dilalui motor. Perjalanan selanjutnya dilalui dengan jalan kaki geeengs, menyusuri hutan dan turun bukit dimana bukitnya belum ada pijakan yang tertata rapi. Its oke gengs, suara deburan ombaknya bikin semangat dan jiwa penakutku hilang seketika. Lewat hutan udah ngga kepikiran ular, lintah, dkk padahal aku pake sendal jepit.

Ini medan jalan kaki nya
Sekitar 15 menit jalan kaki, alhamdulillah akhirnya pantainya ada dihadapan mata. Subhanallah, rasa capek langsung hilang. Berasa private beach!!!! Ngga salah deh Riana ngajak kesini, bagus, bersih, airnya jernih, pasirnya halus. Subhanallah...

PANTAI NGALUR
Private beach




Ini Riana namanya
Sekitar satu jam berjalan menyusuri pantai sambil cekrak-cekrik, Riana bilang kalau didaerah itu ada tiga pantai. Pantai ngalur, pantai sanggar, dan pantai pathok gebang. Tapi, kita cuma memungkinkan untuk ke pantai ngalur dan sanggar, karena rute pantai pathok gebang harus tracking hutan dengan nyari jalan sendiri, berhubung kita cuman berdua, rasanya lebih baik menunda daripada mengambil resiko yang terlalu besar.

Setelah puas menikmati pemandangan, perjalanan dilanjutkan ke pantai sanggar dengan jalan kaki naik dan turun bukit. Jaraknya deket banget, cuma 10 menit. Sebenernya pantai ngalur dan sanggar cuma dipisahkan tebing gituuu, hampir mirip kayak sederetan pantai yang ada di malang selatan, saling berdekatan tapi beda namanya.
 
Lumayan udah disediain tali
buat pegangan turun bukit

PANTAI SANGGAR




Oh iya, di pantai sanggar ini kalian bisa nge-camp. Ngga perlu khawatir kebutuhan logistik karena ada beberapa warung yang buka 24 jam. Biasanya mereka nge-camp karena mau melanjutkan perjalanan ke pantai pathuk gebang yang harus tracking dulu.

Menurut aku, pantai-pantai ini layak banget buat jadi destinasi wisata cuman memang butuh usaha lebih menuju kesana karena medan yang sulit (dari pengalaman mantai, ini medan tersulit sih). Tapi, kalau medannya diperbaiki, dan nantinya pantainya mulai rame, semoga kebersihannya tetep terjaga yaaa. Aaammiiinnn

Biaya masuk pantai 5000 rupiah saja gengs, semua warganya ramah, jujur, dan sopan (mengingat pengalaman liburan sering nemuin catcalling). Biaya ojeknya 20.000, kemarin sempet nge-tes pak ojeknya nanya, "berapa pak?" tapi sebenernya Riana udah tau harganya karena dia sering banget mantai kesini, dan dengan jujur bapaknya tetep bilang 20.000, padahal mereka mau naikin harga juga bisa kaaann. MasyaAllaaahhh, makin kagum sama warga didaerah sini.

***
Setelah hari sebelumnya maen di pantai, hari kedua di Tulungagung diisi dengan kegiatan ke daerah pegunungan. Riana memutuskan buat ke daerah bumi perkemahan (buper) Sendang, daerah pegunungan yang dingin dan sejuk, sebagai penyeimbang setelah kemarin kepanasan di pantai hehehe

Perjalanan ke buper Sendang
Jalan aspalnya sudah habis tapi tetap nyaman buat dilewati
Perjalanan ke buper memakan waktu sekitar 1 jam saja dari tempat aku menginap. Jalan yang dilalui juga sudah bagus, walau memang berkelok-kelok khas jalan pegunungan. Biaya masuk buper juga sangat terjangkau, 5000 rupiah saja per orang. Tempat ini sering dibuat wisata keluarga maupun tempat pacaran hihihi, ada juga yang camping sesuai namanya bumi perkemahan.

Gerbang masuk

warung penjual makanan

tempat parkir






Aku pernah datang ke tempat wisata sejenis ini yang ada di kediri, konsepnya hampir sama, ada sekumpulan pepohonan yang tertanam rapi disuatu area kemudian diberi beberapa spot seperti tempat bermain buat anak, flying fox, hammock, spot foto instagramable, dsb. Tapi, menurutku buper sendang ini jauh lebih luas dan lebih tertata rapi, spot foto dan spot area bermainnya juga lebih banyak.

Buper sendang ini menurutku lebih cocok buat liburan quality time sama keluarga. Bawa karpet, bekal makan yang banyak, dan bikin piknik deh. Oh iya, kalau ngga kuat dingin, disarankan bawa jaket yaaahhh.

Terima kasih Tulungagung atas segala keindahannya yang bisa lupa sejenak sama ruwetnya kehidupan koas gigiku. Terima kasih Riana sudah ngajak mbolang kesana kemari. Semoga kelancaran dan kesuksesan menyertai kita selalu, aammiinn.

Sampai jumpa di liburan selanjutnya yaaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar